Sunday, July 8, 2012

•♫. Madinah Menyapa #Rehab Hati - Bag 3


Hari itu madinah menjadi layu...
Hari itu satu sosok yang paling mereka cintai di dunia ini telah tiada, hanya jasad yang sebentar lagi diselimuti kain kafan dan terkubur kaku di tanah ini. Di kota ini, di Madinah ini.

Al Madinah Al Munawarah.
Kota yang menjadi simbol tentang kisah kerinduan para pecinta assunah dari berbagai penjuru dunia yang terus berdatangan dari masa kemasa, menjenguk pusaranya sebagai tanda cinta dan kerinduan tak terhingga.

Menyandarkan harapan, melongok masjidnya sekedar berkata: “Jazakallah ya Rasululallah sholallahu ‘alaihi wa sallam. Jangan lupakan kami, dihari yang dahsyat nanti. Ingatlah kami, lindungilah kami dengan syafaatmu dihari yang tiada naungan nanti”.

Begitulah lukisan wajah-wajah yang terpanggil ke kota ini. Menyegarkan kembali tentang sebuah masa yang pasti akan kita lewati, kematian.

Jemaah terus bergeser memasuki koridor menuju Maqom Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam.

Tidak ada kata yang bisa mewakilinya selain air mata yang entah kapan mulai menetas membasahi baju yang kukenakan, tetes demi tetes berjatuhan semakin deras ketika wajah bertemu dengan ukiran nama di pusara Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam beserta sahabat-sahabat terdekatnya yang di letakan berdampingan.

Tak ada yang dizinkan berlama-lama disana. Para mutawa dan polisi masjid segera membimbing kami untuk keluar, memberi celah kepada jemaah lain untuk melambaikan tangan mereka kearah maqom. Lambaian yang menandai perpisahan kami dengan situs menegangkan ini. Salam yang mungkin terakhir untuk pusaramu ya Rasulullah. Entah kapan lagi, entah ada usia atau tidak hingga kami bisa menemuinya lagi.

Selanjutnya bis berjalan ke Masjid Quba, mesjid pertama yang dibangun Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam di Madinah. Matahari tersenyum di bebukitan madinah, kurma-kurma di lembah itu menyambut melambai ramah. Dulu Rasulullah menyempurnakan dua rakaatnya dihari sabtu saat matahari menyingsing.

Tak lama berselang bis melanjutkan perjalanannya ke Baqi, singgah sesaat menyampaikan salam ziarah kepada busab Utsman bin Affan radiyallahu anhu. Terakhir bis melaju menuju Jabal Uhud. Mengenang peristiwa perang Uhud dan berziarah kepada Hamzah radiyallahu anhu yang menjadi syuhada dengan para pahlawan uhud lainnya, seperti yang sering Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam dulu lakukan.

Selanjutnya bis melaju ke tanah Haram Makkah, menembus jarak ratusan kilometer menelusuri gurun batu tandus yang terlihat tak berujung. Menelusuri jejak-jejak pahlawan Muhajirin yang dulu menyertai hijrah Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam dari kota Makkah menuju kota Madinnah ini.

Dulu di tepian bukit-bukit tandus ini Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat tercintanya berjuang melawan dahaga, ratusan kilometer dari Makkah ke Madinah. Iya, saat itu belum ada bis. Hanya unta-unta yang berjalan lamban, saat itu tak ada air kemasan. Hanya ada sedikit persediaan air, yang digunakan hanya sekedar untuk membasahi tenggorokan. Saat itu tidak ada roti segar seperti yang kami miliki, mungkin hanya butiran kurma kering yang dimakan sehari satu biji.

Ya Rasulallah..
Kami di sini, di bis ini mengenangmu sambil duduk-duduk manis menikmati jalanan lurus. Menikmati nuansa keindahan nikmatnya imanan yang dulu engkau perkenalkan. Kami saat ini berbahagia menuai buah dari benih-benih perjuangan yang engkau semai dulu. Perjuangan dakwah yang engkau tukar dengan taruhan nyawa dan kepedihan-kepedihan, meninggalkan kampung tercinta di Makkah, menyusun kekuatan di Madinah dan kembali mengabarkan kemenangan kepada Baitullah…

Jazakallah ya Rasulallah..
Hanya itu kata yang kami ucap atas kesabaran, ketabahan, kemulian ahlak dan kegigihanmu menentang kejahiliyahan deengan gagah berani, menerangi kegelapan dengan cahaya santun al Islam. Air mata ini adalah saksinya.

Bis terus melaju, mendayu hingga jemaah mulai terlelap.
Perjalanan Madinah-Makkah tak kurang dari 460 kilometer, cukup melelahkan karena kemarin kami telah menempuh perjalanan 1300 kilometer lebih dari kota Riyadh menuju Madinah. Sebelum memasuki wilayah tanah haram, bis berhenti lagi. Mempersilahkan jemaah untuk mengambil Miqat[ ] di mudzalifah. Satu jam dari saat itu, bis melaju lurus ke tanah Haram Makkah al Mukaramah.

Selepas Ashar kami tiba di Makkah.


•♫. Prosa Dari Al Haram.

Langit makah dipenuhi cahaya.
Debu beterbangan memacu langkah di sebuah trotoar jalanan menuju Al Haram. Sesekali kusingkapkan baju serba putih yang kupakai, debu-debu rahmat bertebaran mengiringi derap kaki ribuan jemaah.

“Ya Tuhan... hanya tinggal beberapa ratus meter lagi..”
Bisikan lirih berusaha menenangkan gemuruh
Hati berdegup-degup tak sabar.

....

BUKU REHAB HATI - NAI
Hal 35 - 38 (Insya Allah, jika ada umur panjang bersambung hingga Hal 450)

Bukunya tersedia, inbox ana langsung dengan format pemesanan: NAMA, ALAMAT, No HP, dan Jumlah Pesanan.

Salam Bahagia
Nuruddin Al Indunissy

No comments:

Post a Comment